BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Telur merupakan salah satu bahan makanan yang hampir
sempurna. Bahan makanan ini mengandung zat gizi lengkap antara lain protein,
lemak, vitamin dan mineral. Telur segar yaitu telur yang baru diletakkan oleh
induk ayam disarangnya, mempunyai daya simpan yang pendek. Jika dibiarkan dalam
udara terbuka (suhu ruang) hanya tahan 10-14 hari, setelah waktu tersebut telur
mengalami perubahan-perubahan ke arah kerusakan seperti terjadinya penguapan
kadar air melalui pori kulit telur yang berakibat berkurangnya berat telur,
perubahan komposisi kimia dan terjadinya pengenceran isi telur
Sejak dikeluarkan dari kloaka, telur mengalami
penurunan mutu. Semakin lama disimpan, penurunan mutu semakin besar, yang
akhirnya dapat menyebabkan kerusakan atau menjadi busuk. Penurunan mutu ini
tidak dapat dicegah, hanya dapat di perlambat kecepatannya dengan berbagai
perlakuan.
Penurunan mutu tersebut antara lain turunnya berat
telur yang disebabkan penguapan gas seperti uap air, karbondioksida, amoniak,
nitrogen dan H2S. Karena penguapan tersebut juga akan menyebabkan
terjadinya pembesaran kantung udara. Juga dapat menyebabkan perubahan kimiawi
isi telur akibat terlepasnya gas CO2. Jika tidak dilakukan
penyimpanan yang baik akan menyebabkan telur tidak dapat di konsumsi, bahkan
menjadi busuk.
Pengawetan telur bertujuan untuk mempertahankan mutu
telur segar. Prinsip dalam pengawetan telur segar adalah mencegah penguapan air
dan terlepasnya gas-gas lain dari dalam isi telur, serta mencegah masuk dan
tumbuhnya mikroba di dalam telur selama mungkin.
Pengawetan telur dapat dilakukan dengan cara menutup
pori-pori kulit telur atau mengatur kelembaban dan kecepatan aliran udara dalam
ruangan penyimpanan. Penutupan pori-pori kulit telur dapat dilakukan dengan
menggunakan larutan kapur, parafin, minyak nabati atau minyak sayur, air kaca (water
glass), dicelupkan dll. Sedangkan pengaturan kecepatan dan kelembaban udara
dapat dilakukan dengan penyimpanan di ruangan khusus.
1.2.
Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui teknik-teknik yang digunakan
dalam pengawetan telur.
1.3.
Manfaat
Dapat
memperoleh informasi mengenai metode-metode yang digunakan dalam proses
pengawetan telur sehingga dapat memberi masukan kepada masyarakat dalam
mengambil keputusan untuk menggunakan metode-metode tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Metode Pengawetan Telur
Industri
perunggasan merupakan bagian penting di dalam industri makanan di dunia, dimana
jumlah telur dan daging yang relatif besar. Telur merupakan salah satu makanan
yang mengandung nutrisi untuk manusia. Telur memiliki kandungan protein yang
seimbang, dimana mengandung asam amino dalam jumlah yang cukup dan proporsi
yang dapat mendukung pertumbuhan.
Telur
sangat baik dikonsumsi oleh anak-anak dalam masa pertumbuhan, ibu hamil dan
menyusui, serta mereka yang sedang dalam masa penyembuhan dari suatu penyakit.
Sehingga dengan demikian telur sangat bermanfaat untuk kehidupan manusia.
Secara
umum telur meiliki masa simpan segar 2-3 minggu. Telur yang disimpan melebihi
jangka waktu penyimpanan segar tanpa mendapatkan penanganan pengawetan, akan
mengalami penurunan kualitas yang menuju ke arah pembusukan.
Metode-metode
yang digunakan dalam pengawetan telur segar antara lain :
a. Pengemasan
kering
Pengemasan telur
dapat dilakukan secara kering dengan menggunakan bahan-bahan seperti sekam,
pasir dan serbuk gergaji. Jika pengemasnya padat, cara ini akan memperlambat
hilangnya air dan CO2. Kelemahan cara ini adalah menambah berat dan
volume, yang dapat menaikkan ongkos angkut dan ruang penyimpanan. Disamping
itu, pengemasan kering tidak banyak memberikan perlindungan terhadap mikroba
selama penyimpanan.
b. Perendaman
telur dalam larutan kapur
Larutan kapur
dapat dibuat dengan cara melarutkan 100gr batu kapur dalam 1,5 liter air, lalu
dibiarkan sampai dingin.daya pengawet air kapur karena memiliki sifat basa,
sehingga mencegah tumbuhnya mikroba. Kapur akan bereaksi dengan udara membentuk
lapisan tipis kalsium karbonat si atas permukaan cairan perendam.kemudian
kalsium karbonat akan mengendap di permukaan telur membentuk lapisan tipis yang
mneutup pori-pori. Pori-pori yang tertutup ini menyebabkan mikroba tidak dapat
masuk ke dalam telur dan mencegah keluarnya air dan gas-gas lain dari dalam isi
telur. Kapur juga menyebabkan kenaikan pH pada permukaan kulit telur yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba.
c. Perendaman
dalam minyak parafin
Telur direndam
atau dicelupkan ke dalam minyak parafin selama beberapa menit. Selanjutnya
dikeringkan dengan membiarkan di udara terbuka, sehingga minyak parafin menjadi
kering dan menutupi pori-pori kulit telur.
d. Perendaman
dalam air kaca (water Glass)
Air kaca adalah
larutan natrium silikat (Na2SiO4), berbentuk cairan
kental, tidak berwrna, tidak berbau, dan jernih seperti kaca. Larutan ini dapat
dibuat dengan melarutkan 100gr natrium silikat ke dalam 900ml akuades. Kemudian
dapat digunakan untuk merendam telur. Pada saat perendaman telur, air kaca
membentuk dan mengendapkan silikat pada kulit telur sehingga pori-porinya
tertutup. Air kaca juga memiliki daya antiseptik, sehingga mencegah pertumbuhan
mikroba.
e. Pencelupan
telur dalam air mendidih
Pencelupan
dilakukan selama kurang lebih 5 detik pada air mendidih. Hal ini menyebabkan
permukaan dalam kulit telur akan menggumpal dan menutupi pori-pori kulit telur
dari dalam.
f. Pengawetan
telur dengan bahan penyamak nabati
Prinsip dasar
dari pengawetan dengan menggunkan bahan penyamak nabati adalah terjadinya
reaksi penyamakan pada bagian luar kulit telur oleh zat penyamak yaitu
tanin.akibatnya kulit telur menjadi impermeable terhadap air dan gas. Dengan
demikian, keluarnya air dan gas dari dalam telur dapat dicegah sekecil mungkin.
Bahan penyamak
nabati yang banyak digunakan adalah daun akasia atau daun jambu biji yang telah
dikeringkan. Daun kering tersebut direndam selama semalam dan direbus 1 jam,
kemudian airnya disaring dan digunakan untuk merendam telur.
a. Penyimpanan
dingin
Telur segar
dapat dipertahankan mutunya dalam waktu yang relatif lama bila sisimpan dalam
ruangan dingin dengan kelembaban udara antara 80-90% dan kecepatan aliran udara
1-1,5 m/detik. Dalam hal ini telur disimpan sedekat mungkin diatas titik beku
telur yaitu -2oC. Suhu yang rendah ini akan memperlambat hilangnya
CO2 dan air dari dalam telur serta penyebaran air dari putih ke
kuning telur. Untuk lebih menghambat hilangnya CO2 maka kadar CO2
di dalam ruangan penyimpanan dapat ditingkatkan sampai 3%.
g. Penyimpanan
dingin
Telur segar dapat
dipertahankan mutunya dalam waktu yang relatif lama bila sisimpan dalam ruangan
dingin dengan kelembaban udara antara 80-90% dan kecepatan aliran udara 1-1,5
m/detik. Dalam hal ini telur disimpan sedekat mungkin diatas titik beku telur
yaitu -2oC. Suhu yang rendah ini akan memperlambat hilangnya CO2
dan air dari dalam telur serta penyebaran air dari putih ke kuning telur. Untuk
lebih menghambat hilangnya CO2 maka kadar CO2 di dalam
ruangan penyimpanan dapat ditingkatkan sampai 3%.
2.2.
Hurdle Teknologi
Aplikasi teknologi hurdle tidak terbatas pada pencegahan
pertumbuhan mikroorganisme untuk menjamin keamanan pangan, namun juga
berpengaruh terhadap kualitas pangan. Beberapa Hurdle memiliki aktifitas sebagai
senyawa antimikroba dan secara bersamaan dapat memperbaiki flavor. Akan tetapi beberapa hurdle
meberikan efek negatif terhadap beberapa bahan pangan misalnya pendinginan
dapat merusak jaringan bahan pangan. Untuk memperoleh stabilitas pangan yang baik
dan menjamin keamanan pangan, maka hurdle
harus diaplikasikan sedemikian rupa.
Penggunaan satu jenis
pengawetan saja tidak cukup untuk mempertahankan mutu pangan yang diawetkan
dalam waktu yang relatif lama. Oleh karena itu, pengawetan yang dilakukan umumnya
merupakan kombinasi dari berbagai metode pengawetan.
Hurdle
technology atau kombinasi pengawetan, kombinasi proses. Setiap
faktor yang berperan dalam pengawetan
atau metode yang digunakan untuk tujuan pengawetan disebut hurdle. Teknologi hurdle
tidak hanya mengkombinasikan berbagai metode pengawetan, namun juga dapat
digunakan untuk mengoptimalkan efek pengawetan yang diinginkan tanpa memberikan
perlakuan pengawetan yang berlebihan.
2.3.
Produk-produk olahan telur
Tingginya kebutuhan
penggunaan telur, membuat industri panganpun menyiasatinya dengan cara
menciptakan produk-produk olahan atau modifikasi telur. Berbagai jenis produk
olahan telur antara lain telur asin, telur pidan, saus mayonais, tepung telur
dan es krim.
Mungkin beberapa produk
awetan telur tersebut belum atau masih sangat sedikit di produksi di Indonesia.
Namun bukan berarti tidak mungkin diusahan dan dikembangkan pembuatannya bila
memang dibutuhkan oleh konsumen.
Bentuk produk awetan
telur tersebut lebih ditentukan oleh kondisi awal telur yang akan diawetkan,
misalnya telur retak atau pecah kulit luar tentu tidak dapat lagi diawetkan
menjadi telur asin, namun dapat diawetkan dalam bentuk tepung atau telur beku.
BAB
III
MATERI
DAN METODE
Materi dan Metode
Telur itik segar dengan
kisaran berat 65-75g. Telur itik di bersihkan dengan air keran dan diperiksa
apakah ada cangkang yang retak.
Bahan-bahan yang
digunakan Zinc sulfat heptahidrat (ZnSO4·7H2O), zinc klorida (ZnCl2), zinc
oksida (ZnO), zinc asetat (C4H6O4Zn), zinc laktat trhydrate (Zn (C3H5O3) 2.3
H2O), zinc glukonat (C12H22O14Zn). Semua garam yang digunakan memiliki
kemurnian 99%.
Telur bebek yang sudah
dibersihkan direndam di dalam cairan pengawet yang mengandung NaOH (50g/kg),
NaCl (30g/kg), dan teh China hitam (30g/kg) dengan penambahan berbagai komponen
zinc. Komponen zinc yang digunakan yaitu zinc sulfat, zinc klorida, zinc oxida,
zinc asetat, zinc laktat, zinc glukonat yang di tambahkan pada larutan pengawet
pada konsentrasi 3 g/kg masing-masing. Telur itik (50 telur) direndam dalam
larutan pengawet (3L) pada suhu kamar selama 30 hari.
3.2.
Pembuatan Tepung Telur
Materi
dan Metode
Telur
segar yang berkualitas baik
di candled untuk
mengkonfirmasi kesegarannya lalu
dibersihkan dari debu, dicuci dan dibiarkan kering. Dengan hati-hati cangkang dibuka dan dipisahkan putih telur, kuning telur dan seluruh telur. Kemudian dihomogenkan
dengan kocokan logam lalu ditambahkan satu tetes larutan hidrogen peroksida untuk membebaskan produk dari mikroorganisme Salmonella sp
dan mencegah pencoklatan produk. Sampel kemudian
dikeringkan dalam oven pada 44 ° C selama 4 jam dan dibiarkan dingin. Serpihan telur digiling
dan diayak dengan 60 mm saringan dan
kemudian ditimbang. Tepung telur
kemudian dikemas di dalam plastik yang berbeda.
Berbagai
jenis pelarut seperti
heksan, kloroform, etanol, metanol, petroleum
eter, aseton dan digunakan untuk pengujian sampel dengan rasio 1:1 yaitu 1 ml dari masing-masing putih, kuning
dan solusi dicampur dengan 1ml pelarut masing-masing.
Setelah
penambahan etanol ke telur segar lalu campuran dipanaskan pada suhu 20-30 º C selama 4 menit. Kemudian produk yang diperoleh dari
putih telur, kuning
telur dan telur utuh harus disimpan dalam oven
vakum, suhu dan tekanan dari sistem vakum
harus dikontrol dan hanya pada kondisi optimum eksperimen
dapat dengan mudah diramalkan. Sekarang suhu
ditetapkan pada 50 ºC dan tekanan pompa
harus disesuaikan dengan batas 700 atm (bar). Segera setelah tekanan dicapai,
produk yang diperoleh dikeringkan
selama 4-5 jam pengeringan
vakum lengkap dengan suhu sekitar 50 ºC. Produk dehidrasi
telah terbentuk dan kemudian di
hancurkan menjadi tepung.
Materi
dan Metode
Telur
ayam segar diberi perlakuan dengan pengggaraman sesuai
dengan protokol standar. Proses pengasinan
dengan pencelupan dengan cara telur direndam ke dalam cuka sintetis selama 40 menit diikuti dengan perlakuan dengan larutan garam jenuh selama
42 jam. Telur asin disimpan pada kondisi suhu lingkungan (suhu 27-37
oC dan kelembaban relatif 32-42%)
sampai 15 hari.
BAB IV
PEMBAHASAN
a.
Telur
Pidan
Telur
pidan ditemukan di
Cina dan merupakan telur nomor
satu dari semua produk telur
di China. Hal ini juga dikenal sebagai telur seratus tahun dan
salah satu produk telur yang paling tradisional
dan populer di Cina dan negara-negara Asia
Tenggara. Dalam proses pembuatan
telur pidan terlebih dahulu cangkang dibersihkan dan di periksa apakah ada keretakan.
Selain untuk menghilangkan kotoran cara ini juga berfungsi untuk membuka
pori-pori telur.
Pidan
dibuat dari telur bebek yang diawetkan di dalam larutan NaOH
dan NaCl. Pembentukan Pidan disebabkan oleh
penetrasi alkali melalui
kulit telur dan membran,
menyebabkan perubahan kimia dalam
komponen telur. Umumnya,
albumen dan kuning
telur secara bertahap menjadi padat
dan mengeras. Namun,
beberapa logam berat, terutama
timbal, yang biasanya
ditambahkan untuk meningkatkan kualitas Pidan dalam proses tradisional.
Akibatnya, produk memiliki kandungan timbal yang tinggi.
Penambahan
timbal oksida diketahui bisa mempercepat proses pembuatan telur pidan, walaupun
berbahaya karena bersifat racun. Kini alternatif yang lebih aman digunakan
yaitu zinc. Meskipun zinc dibutuhkan dalam jumlah kecil, namun konsumsi yang
berlebihan bisa menyebabkan tubuh kekurangan zat tembaga. Selain itu, angka pH
yang tinggi, sekitar 9 membuat telur pidan memungkinkan
terjadinya perkembangan bakteri, karena angka pHnya tidak cukup tinggi untuk
bisa menekan perkembangan bakteri.
Selama pengawetan
dengan zinc oksida pH telur pidan meningkat pesat pada hari 0 samapai hari ke
15, kemudian menurun dengan cepat pada hari ke 15 sampai hari ke 25.
Penignkatan pH menunjukkan migrasi
alkali dari larutan pengawet.
Perubahan tekstur telur
pidan selama pengawetan yaitu terjadi kekerasan pada albumin telur. Kekerasan
meningkat pada hari ke 5 sampai ke 10 dan menurun dari hari ke 10 sampai hari
ke 15. Penurunan kekerasan albumin telur mungkin karena peningkatan pH.
NaCl berfungsi
memberikan rasa asin pada telur, selain itu juga berfungsi sebagai pengawet.
Sifat NaCl adalah higroskopis atau menyerap air, sehingga adanya NaCl akan
menghambat terjadinya reaksi autolisis sehingga dapat membunuh baktei yang ada
di dalam telur.
b.
Tepung
Telur
Penambahan
etanol secara ekonomis dan nutrisi memiliki
keuntungan dimana dapat diekstraksi kembali dan sebagai pengawet alami serta mencegah invasi mikroba pada produk kering sehingga menyebabkan waktu penyimpanan menjadi
lebih lama.
Metode
ini untuk mengurangi jumlah
protein seperti ovalbumin
dan ovomucoid yang
menyebabkan masalah pencernaan. Penambahan
20% ethanol pada
sampel telur segar, dapat memisahkan protein. Hal ini merupakan kelemahan utama dari produk telur ini untuk
dikonsumsi sebagai suplemen nutrisi
untuk pasien jantung, pasien obesitas dan bayi.
Pengawetan
dengan penambahan etanol dipelajari melalui serangkaian analisis bakteri dan jamur. Beberapa perubahan dapat terjadi dalam populasi mikrobiologis telur
selama pengeringan. Misalnya, total jumlah
bakteri bisa sangat rendah, tergantung pada jenis mikroorganisme
yang ada pada telur serta pada
kondisi yang digunakan dalam pengeringan.
Beberapa bakteri mungkin cukup sensitif terhadap pengeringan. Kombinasi pasteurisasi
atau perlakuan panas sebelum pengeringan, dan
perlakuan panas dari produk jadi memastikan populasi
bakteri sangat rendah.
Dalam
kemasan, pada kondisi normal produk akan bebas bau dan memiliki kelembaban
relatif 25 sampai 65%. Produk dapat disimpan selama 18 bulan setelah produksi.
Komposisi
gizi menunjukkan nilai yang tinggi. Ini merupakan
indikasi bahwa suhu pengeringan
tidak mempengaruhi nilai gizi dari komponen
telur yang di oven kering. Kelembaban cukup rendah untuk memperpanjang umur simpan tepung telur dalam
lingkungan.
c.
Telur
Asin
Telur
asin mengalami sedikit
penurunan pada indeks albumin.
Indeks Albumin biasanya
berkurang karena peningkatan
pH albumin yang
menyebabkan interaksi antara
lisozim dan ovomucin,
sehingga meningkatkan degradasi ovomucin. Penggaraman mungkin
mencegah kerusakan ovomucin dan dengan demikian menghambat penurunan indeks
albumin.
Biasanya cuka sintetis
mengandung asam asetat 98%. Selain memberikan rasa asam, cuka ini juga bisa digunakan
sebagai bahan pengawet. Penggunaanya disesuaikan dengan jenis produk yang
diawetkan. Selain meningkatkan daya simpan, cuka juga dapat mempertahankan
warna atau mencegah reaksi browning/pencokelatan.
NaCl berfungsi sebagai
pencipta rasa asin dan dapat mengurangi kelarutan oksigen (oksigen diperlukan
oleh bakteri), menghambat kerja enzim proteolitik (enzim perusak protein), dan
menyerap air dari dalam telur. Berkurangnya kadar air menyebabkan telur menjadi
awet. NaCl akan masuk ke dalam telur dengan cara merembes ke pori-pori kulit,
menuju ke bagian putih telur dan akhirnya ke kuning telur. NaCl mula-mula
diubah menjadi ion natrium (Na+) dan ion
chlor (Cl-). Ion chlor inilah yang berperan sebagai pengawet dan menghambat
pertumbuhan bakteri.
BAB
V
KESIMPULAN
1. Metode pembuatan
telur pidan dengan menggunakan zinc sebagai pengganti timbal oksida ternyata
memiliki periode pengolahan yang lebih singkat selain itu juga dapat
meningkatkan kualitas telur jika di bandingkan dengan pengolahan menggunakan
timbal oksida.
2.
Pengeringan
tepung telur dengan menggunakan etanol merupakan metode yang efektif dan
menghasilkan produk yang berkualitas.
3.
Karakteristik
fisik dan kimia Telur ayam asin dapat dipertahankan selama durasi penyimpanan
yang lama dan memiliki rasa yang
dapat di terima.
DAFTAR
PUSTAKA
BU Hong-yu and MA Mei-hu. 2011. Different Effects of Zinc Salts on Preserved Egg Processing. College
of Food Science and Technology, Huazhong Agricultural University, Wuhan 430070,
China.
Kumaravel
S, et all. 2012. Effect of Oven drying on the
nutritional properties of whole egg and its components. International Journal of Food and Nutrition
Science Vol 1 No.1. India.
Marandi
S, et all. 2013. Quality Changes in Salted
Chicken Eggs. International
Journal of Food Nutrition and Safety, 2013, 3(1): 7-14. Florida, USA.